Penyakit Parkinson adalah salah satu penyakit neurodegeneratif yang paling umum di dunia, termasuk di Indonesia. Meskipun sering diasosiasikan dengan usia lanjut, Parkinson bukan bagian normal dari proses penuaan. Penyakit ini berdampak besar pada kualitas hidup penderitanya dan menimbulkan tantangan baik secara medis maupun sosial. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk mengenal Parkinson secara lebih dekat dan memahami bagaimana penanganannya, khususnya di Indonesia.
Apa Itu Penyakit Parkinson?
Penyakit Parkinson adalah gangguan progresif pada sistem saraf yang mempengaruhi kemampuan tubuh untuk bergerak. Kondisi ini terjadi akibat berkurangnya produksi dopamin, zat kimia penting di otak yang berperan dalam mengatur gerakan tubuh. Dopamin diproduksi oleh sel-sel saraf di bagian otak yang disebut substansia nigra. Ketika sel-sel ini rusak atau mati, kadar dopamin menurun drastis. Akibatnya, penderita Parkinson mengalami berbagai gejala motorik seperti tremor (getaran pada tangan saat istirahat), kekakuan otot (rigiditas), gerakan lambat (bradikinesia), dan gangguan keseimbangan. Selain itu, gejala non-motorik seperti gangguan tidur, depresi,, dan gangguan kognitif juga dapat muncul.
Penyebab dan Faktor Risiko
Penyebab pasti Parkinson belum sepenuhnya diketahui, namun kombinasi antara faktor genetik dan lingkungan diduga berpengaruh. Beberapa faktor risiko yang telah diidentifikasi meliputi:
- Usia lanjut, pada umumnya diatas 60 tahun
- Riwayat keluarga dengan Parkinson
- Paparan pestisida atau logam berat
- Cedera kepala berulang
Bagaimana Penanganan Parkinson di Indonesia?
Penanganan penyakit Parkinson di Indonesia mencakup pendekatan medis, rehabilitatif, serta dukungan sosial. Meskipun belum ada obat yang dapat menyembuhkan Parkinson, beberapa metode dapat membantu mengendalikan gejala dan meningkatkan kualitas hidup penyintas Parkinson.
1. Terapi Obat-obatan
Obat yang paling umum digunakan adalah levodopa, yang membantu menggantikan dopamin di otak. Obat lain seperti agonis dopamin, MAO-B inhibitor, dan antikolinergik juga sering diresepkan untuk penyintas Parkinson.
2. Terapi Rehabilitasi
Terapi fisik dan okupasi berperan penting dalam membantu penyintas Parkinson mempertahankan mobilitas dan kemandirian. Beberapa rumah sakit dan klinik di kota besar telah menyediakan layanan rehabilitasi neurologis, meskipun jumlahnya masih terbatas.
3. Stimulasi Otak Dalam (Deep Brain Stimulation – DBS)
DBS adalah prosedur bedah yang menanamkan elektroda ke otak untuk mengatur aktivitas saraf. Di Indonesia, prosedur ini sudah tersedia di beberapa rumah sakit rujukan nasional seperti RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dan RS PON Jakarta.
4. Dukungan Sosial dan Psikologis
Parkinson tidak hanya menyerang fisik, tetapi juga mental. Dukungan keluarga dan komunitas sangat penting dalam proses penanganan. Di Indonesia, telah muncul komunitas seperti Parkinson Indonesia yang menyediakan edukasi, konseling, serta ruang berbagi antar penyintas Parkinson dan keluarga.
5. Dukungan Professional
Salah satu pilar penting dalam dunia medis professional untuk menolong penyakit neurologi seperti Parkinson adalah PERDOSNI. PERDOSNI adalah singkatan dari Perhimpunan Dokter Spesialis Neurologi Indonesia, organisasi profesi untuk dokter neurolog di seluruh Indonesia. Tujuan utama dibentuk PERDOSNI adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan neurologi di Indonesia, dengan mengedukasi masyarakat, kampanye, memperjuangkan pelayanan dan kapabilitas dokter dalam menangani Parkinson.
Kesimpulan
Penyakit Parkinson adalah kondisi serius yang membutuhkan penanganan jangka panjang dan multidisipliner. Di Indonesia, meskipun masih terdapat tantangan, berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan layanan bagi penderita Parkinson. Masyarakat diharapkan dapat lebih peduli dan mengenali gejala sejak dini agar penanganan dapat dimulai secepat mungkin. Dukungan keluarga, komunitas, dan tenaga medis adalah kunci utama dalam membantu penyintas Parkinson menjalani hidup yang lebih baik.