Pokja Epilepsi PERDOSSI: Garda Depan Penanganan Epilepsi di Indonesia

Epilepsi masih menjadi salah satu gangguan neurologis yang kerap disalahpahami masyarakat. Padahal, dengan penanganan yang tepat dan dukungan lingkungan yang baik, survivor epilepsi dapat hidup produktif. Di balik upaya sistematis penanganan penyakit ini, PERDOSSI (Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia) membentuk sebuah Kelompok Kerja (Pokja) Epilepsi yang secara khusus menangani berbagai aspek medis dan sosial terkait epilepsi di Indonesia.

Apa Itu Pokja Epilepsi?

Pokja Epilepsi adalah salah satu subkelompok studi atau Pokdi di bawah naungan PERDOSSI. Kelompok ini dibentuk untuk mendalami penanganan epilepsi secara lebih spesifik dan terfokus, baik dari sisi keilmuan, pelayanan klinis, maupun pendekatan kepada masyarakat.

Selain Pokja Epilepsi, PERDOSSI juga memiliki berbagai kelompok kerja lain seperti Pokja Stroke, Pokja Neuroinfeksi, dan Pokja Neurogeriatri, yang masing-masing fokus pada subspesialisasi neurologi tertentu.

Program Kerja Pokja Epilepsi

Pokja Epilepsi menjalankan sejumlah program penting yang mendukung misi penanganan epilepsi secara menyeluruh. Beberapa di antaranya adalah:

1. Penyusunan Pedoman Klinis

Pokja ini secara aktif menyusun dan memperbarui pedoman tatalaksana epilepsi, termasuk Pedoman Tatalaksana Epilepsi edisi 2019. Pedoman ini menjadi acuan penting bagi tenaga medis dalam menangani pasien epilepsi secara ilmiah dan terstandarisasi.

 

Gambar 1. Pedoman Tata Laksana Epilepsi 2019 oleh Kelompok Studi Epilepsi PERDOSSI (Sumber: PERDOSSI)
Gambar 1. Pedoman Tata Laksana Epilepsi 2019 oleh Kelompok Studi Epilepsi PERDOSSI (Sumber: PERDOSSI)

2. Pendidikan dan Pelatihan

Melalui seminar, workshop, dan simposium ilmiah, Pokja Epilepsi membantu meningkatkan kompetensi para dokter saraf dan tenaga medis lainnya. Kegiatan ini penting untuk memperkenalkan pendekatan mutakhir dalam diagnosis dan terapi epilepsi.

3. Advokasi dan Sosialisasi

Pokja juga aktif menggelar kampanye publik untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang epilepsi, menghilangkan stigma, dan mendorong deteksi serta penanganan sejak dini. Edukasi ke sekolah dan komunitas menjadi bagian penting dari kegiatan ini.

4. Kolaborasi Lintas Sektor

Dalam upaya memperkuat kebijakan nasional, Pokja Epilepsi menjalin kerja sama dengan berbagai instansi, termasuk Kementerian Kesehatan, dalam penyusunan pedoman dan program-program kesehatan terkait epilepsi.

5. Kolaborasi Internasional dengan ILAE

Salah satu bentuk kolaborasi strategis Pokja Epilepsi adalah kemitraannya dengan ILAE (International League Against Epilepsy), organisasi global terkemuka dalam penanganan epilepsi. Melalui ILAE, Pokja Epilepsi mendapatkan akses  terhadap panduan internasional, pelatihan berbasis bukti, serta jejaring global dalam upaya menyelaraskan standar penanganan epilepsi Indonesia dengan praktik terbaik dunia.

 

Gambar 2. ASEPA ANZAN Epilepsy Training Course (Oktober 2024, Medan) – Kolaborasi ILAE dengan PERDOSSI Medan (Sumber: ILAE)

Kesimpulan

Pokja Epilepsi PERDOSSI berperan strategis dalam memperkuat kapasitas medis dan sosial terkait epilepsi di Indonesia. Dengan program kerja yang terstruktur dan kolaboratif, Pokja ini membantu meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan serta kualitas hidup survivor epilepsi, sekaligus mendorong masyarakat untuk lebih terbuka dan peduli terhadap kondisi ini.

Share To :

Artikel Terkait

Banyak orang mengenal Parkinson sebagai salah satu gangguan saraf yang menyebabkan tubuh menjadi kaku, gerakan melambat,

Bagi banyak orang kopi, teh, atau minuman berkafein lainnya sudah menjadi bagian dari rutinitas sehari-hari. Namun,

Epilepsi adalah kondisi gangguan pada otak yang membuat seseorang mengalami bangkitan (serangan) berulang. Untuk mengendalikan bangkitan

Scroll to Top