Memahami Parkinson dan Solusi Terbaik untuk Penanganannya
Mengenal Parkinson
Parkinson adalah kondisi yang yang terjadi karena kekurangan hormon dopamin yang dihasilkan oleh bagian otak bernama Substantia nigra. Substantia nigra berfungsi untuk mengontrol gerakan motorik tubuh. Gerakan pada tubuh dikendalikan oleh hormon dopamin; yang bekerja sebagai sinyal dari otak ke seluruh tubuh (neurotransmitter).Â
Dalam kondisi seseorang dengan Parkinson, substantia nigra yang terdegenerasi atau rusak dapat menyebabkan penurunan produksi dopamin. Kondisi degenerasi ini dimulai secara samar-samar, berlangsung kronik dan perlahan. Progresivitas di tiap individu bervariasi, gejala awal bisa saja meliputi gejala motorik pada satu sisi tubuh; semakin lama akan bertambah pada sisi tubuh yang lain dan akhirnya timbul gangguan non-motorik seperti gangguan nyeri, depresi, gangguan pendengaran. Tremor saat beristirahat di satu sisi badan adalah gejala yang paling sering dijumpai oleh penyintas Parkinson.
Seiring waktu, gejala menjadi lebih nyata karena gangguan dapat terjadi semakin bervariatif. Maka dari itu, yuk kita kenali Parkinson!

Sejarah ParkinsonÂ
Parkinson pertama kali dideskripsikan sebagai penyakit degeneratif saraf pertama pada tahun 1817 oleh James Parkinson. Pada awal abad ke-20 penemuan hormon dopamin sebagai neurotransmitter dan peranannya dalam gangguan gerakan membawa terobosan dalam pengobatan Parkinson. Kemudian, pada tahun 1960-an, levodopa, prekursor dopamin–ditemukan sebagai pengobatan yang efektif.Â
Â
Pada akhir 1980-an ditemukan alat stimulasi otak dalam untuk memberikan stimulasi listrik pada inti subtalamus; bagian otak yang berperan dalam pengendalian motorik. Stimulasi listrik dengan frekuensi tinggi mampu menekan gejala tremor pada pasien Parkinson disebut dengan Deep Brain Stimulation (DBS). Setelah itu, teknik DBS mulai dikembangkan lebih lanjut dan kini menjadi terapi standar untuk pasien yang tidak merespons obat-obatan dengan baik.Â
Â
Meskipun Parkinson belum bisa disembuhkan, tetapi terapi dan manajemen gejala terus meningkat untuk meningkatkan kualitas hidup bagi mereka yang hidup dengan teknik DBS.
Gejala Parkinson

Gejala Parkinson bisa bervariasi, namun ada 4 gejala umum yang dapat disingkat menjadi TRAP, yaitu:
- Tremor (gemetar), biasanya terjadi saat postur tubuh sedang beristirahat atau rileks. Tremor biasa dimulai dari sebelah bagian tubuh, kemudian menjadi kedua bagian tubuh. Biasanya dimulai di tangan, atau jari. Gejala ini merupakan gejala awal yang dialami 70% penderita Parkinson.
  - Rigidity–kaku, kaku mengacu pada peningkatan resistensi terhadap gerakan pasif pada sendi. Kaku pada otot tubuh menyebabkan pergerakan yang tegang dan sakit; dapat juga menyebabkan gerakan terhentak-hentak di tangan.
 - Akinesia atau bradikinesia, kondisi dimana gerakan fisik menjadi lebih lambat dari biasanya. Efeknya terlihat saat melakukan tugas sehari-hari, misalnya sulit memakai baju.
 - Postural tidak seimbang–cenderung terjatuh, ketidakstabilan ini condong terjadi lebih belakang daripada gejala lainnya. Misalnya, terjatuh, dan keseimbangan tubuh menjadi terganggu.
Penting untuk diingat bahwa gejala Parkinson dapat bervariasi dan tidak semua orang akan mengalami semua gejala yang disebutkan. Gejala Parkinson dapat memburuk seiring berjalannya waktu; berdasarkan perkembangan gejala, Parkinson dapat dikategorikan menjadi 5 stadium (Hoehn & Yahr scale), yaitu:
- Stadium 1: Gejala ringan dan tidak mengganggu aktivitas dan kualitas hidup pasien. Gejala seperti tremor pada satu bagian tubuh, ekspresi wajah berkurang;
 - Stadium 2: Gejala mulai memburuk, pada stadium ini gejala mulai memengaruhi kedua sisi tubuh sehingga penderitanya kesulitan melakukan kegiatan sehari-hari;
 - Stadium 3: Stadium menengah, pasien mulai kehilangan keseimbangan tubuh, gerakan lambat, dan mudah jatuh. Gejala Parkinson telah mengganggu kegiatan sehari-hari seperti berpakaian, menyikat gigi, dan makan;
  - Stadium 4: Gejala lebih berat. Penderitanya kesulitan berjalan dan membutuhkan bantuan untuk beraktivitas;
  - Stadium 5: Stadium akut, pasien sudah tidak mampu berdiri, dan berjalan. Penderita juga dapat mengalami demensia, delusi, halusinasi; serta membutuhkan bantuan seumur hidupnya.
Siapa yang dapat terkena Parkinson?
Penyebab pasti dari Parkinson masih belum sepenuhnya diketahui, namun dari beberapa penelitian membuktikan beberapa faktor yang meningkatkan resiko terjadinya Parkinson adalah:
- Peningkatan kolesterol dalam darah;
- Terpapar racun lingkungan (contoh: karbon disulfida, sianida, herbisida, metanol dan pestisida);
- Trauma kepala;
- Asupan kalori tinggi;
- Peningkatan indeks massa tubuh;
- Peradangan terkait dengan sel kekebalan otak (mikroglia);
- Penyalahgunaan obat-obatan seperti : metamfetamin/amfetamin.
- Pembentukan radikal bebas (contoh: hidrogen peroksida);
- Keadaan pasca infeksi.
Gejala Parkinson biasanya mulai timbul pada usia 40 – 70 tahun dan mencapai puncak pada usia 60-an. Perbedaan jenis kelamin dalam kejadian rasio 3:2 antara laki-laki dan perempuan, dengan keterlambatan timbulnya pada perempuan disebabkan oleh efek neuroprotektif estrogen.

Organ tubuh yang menyebabkan Parkinson


Organ tubuh utama yang terlibat dalam menyebabkan Parkinson adalah otak, khususnya bagian yang disebut substantia nigra. Substantia nigra adalah bagian dari otak tengah yang berfungsi mengendalikan gerakan motorik tubuh. Sel-sel saraf (neuron) di substantia nigra menghasilkan dopamin.
Dopamin adalah salah satu senyawa kimia yang ada di otak yang berfungsi sebagai hormon dan neurotransmitter yang mempunyai peran penting di dalam tubuh dan otak. Neurotransmitter berfungsi untuk komunikasi antar sel saraf untuk mengatur gerakan tubuh yang halus dan terkontrol. Kurangnya dopamin menyebabkan gangguan dalam kontrol gerakan, yang menyebabkan gejala utama Parkinson seperti tremor, kekakuan otot, dan kelemahan gerakan.
Parkinson merupakan kelainan saraf yang mempengaruhi pengendalian gerakan. Pada Parkinson, terjadi ketidakseimbangan biokimia pada otak, yang menyebabkan gejala klinis khas seperti tremor saat istirahat, kekakuan, bradikinesia atau lambatnya gerakan spontan secara bertahap, dan gangguan keseimbangan atau postur tubuh yang tidak stabil.
Bagaimana Parkinson dikendalikan?
Keputusan memulai terapi dengan obat pada penyintas Parkinson harus disesuaikan dengan kondisi setiap individu untuk mengurangi gejala motorik dan memperbaiki kualitas hidup tanpa menyebabkan efek samping. Pada umumnya, ada beberapa pilihan terapi yang dapat menunjang kualitas kehidupan penyintas Parkinson, yaitu penggunaan obat antiepilepsi, perubahan gaya hidup, serta operasi.
1. Perubahan gaya hidup
Non farmakologi dan non pembedahan :


-
Nutrisi
Asupan gizi yang sehat berupa buah-buahan dan sayur-sayuran. -
Aktifitas
Edukasi, aerobik, penguatan, peregangan, latihan keseimbangan.
2. Operasi untuk Stadium penyakit lanjut

Tatalaksana operasi biasanya dipertimbangkan pada penyintas Parkinson tahap lanjut dan terdiri dari Deep Brain Stimulation (DBS), pump therapies, dan terapi dengan target lesi (lesional therapies).

-
Pemasangan DBS (Deep Brain Stimulation)
Respon terhadap levodopa sebelum operasi menjadi prediktor keberhasilan pemasangan deep brain stimulation (DBS) pada thalamus. -
Palidotomi radiofrequency thermocoagulation unilateral
Terapi ini dapat dipertimbangkan pada pasien dengan Parkinson tahap lanjut yang mengalami fluktuasi yang mengganggu, dan ketika DBS atau pump bukan merupakan pilihan terapi.
Penyebab Parkinson
Parkinson disebabkan oleh gangguan atau kerusakan pada bagian otak yang bernama substantia nigra. Substantia nigra adalah bagian otak yang memproduksi hormon dopamin, dimana dopamin ini berfungsi sebagai neurostransmitter atau sinyal untuk menggerakan motorik tubuh. Gangguan atau kerusakan pada bagian substantia nigra menyebabkan penurunan produksi hormon dopamin, sehingga menyebabkan gerakan motorik tubuh terganggu. Rendahnya tingkat dopamin juga dapat mempengaruhi kondisi mental, perubahan mood yang drastis, bahkan dapat juga menyebabkan depresi. Kondisi Parkinson dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti genetik, lingkungan, serta riwayat kecelakaan.

Cara Diagnosis Parkinson

Diagnosis Parkinson dilakukan dengan pemeriksaan klinis, berupa observasi gejala seperti tremor, bradikinesia, rigiditas dan ketidakseimbangan postural. Diagnosis dapat dilakukan oleh dokter saraf umum atau pemeriksaan komprehensif oleh dokter saraf konsultan gangguan gerak.
Pemeriksaan Fisik
1. Pengamatan saat pasien duduk
Pengamatan saat duduk dan kondisi rileks, dokter akan mengamati tremor yang terlihat di tangan atau kaki serta adanya ekspresi wajah seperti topeng (kedipan mata dan ekspresi wajah datar);
2. Pemeriksaan bradikinesia
Dokter akan meminta untuk mengerakan tangan mengepal-membuka-mengepal berulang kali;
3. Pengamatan saat pasien berjalan
Pengamatan saat berjalan, dokter akan mengamati kesulitan atau keraguan saat mulai berjalan (hesitancy), berjalan dengan kaki diseret (shuffling), jalan makin lama makin cepat (festination). Ayunan lengan berkurang baik pada satu sisi anggota gerak maupun di keduanya;
4. Ditemukan rigiditas pada pemeriksaan tonus otot
Fleksi-ekstensi otot di siku atau lengan dilakukan secara berurutan untuk melihat tingkat ketegangan otot atau tonus otot. Tonus otot dapat berubah menjadi terlalu tinggi (hipertonus) atau rendah (hipotonus)
5. Pemeriksaan instabilitas postural / tes retropulsi
Kedua bahu akan ditarik oleh dokter untuk melihat keseimbangan tubuh;
6. Pemeriksaan fisik lain untuk menemukan tanda negatif dari Parkinson

Ada beberapa pemeriksaan pencitraan otak yang sering digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis Parkinson dan atau membedakannya dari sindroma parkinson yang lain. Secara umum pemeriksaan pencitraan otak dibagi dua, yaitu pencitraan struktural dan pencitraan fungsional.
Pencitraan Struktural
- MRI (Magnetic Resonance Imaging) kepala
Pencitraan Fungsional
- PET (Positron Emission Tomography)
- SPECT (Single-photon emission computed tomography)
Tata Laksana
Keputusan memulai terapi, baik dengan terapi farmakologi dengan obat atau non farmakologis dimulai setelah diagnosis. Tujuan utama semua terapi ini adalah untuk menciptakan kualitas hidup penyintas Parkinson yang baik.

Tujuan utama semua terapi ini adalah untuk menciptakan kualitas hidup pasien yang baik.
1. Stadium penyakit awal :
2. Stadium penyakit lanjut:
Pada penderita Parkinson tahap lanjut, respon terhadap obat Parkinson menurun. Suatu keadaan dimana terdapat efek kerja obat obat untuk pengontrolan gejala motorik dari obat memendek sehingga keluhan motorik lebih cepat muncul kembali. Timbulnya diskinesia yaitu gerakan involunter/tidak terkontrol yang berkaitan dengan penggunaan obat Parkinson dimana dapat muncul ketika obat tersebut memberikan efek motorik atau saat puncak efek obat tersebut. Pada kondisi ini, tatalaksana pembedahan dapat dipertimbangkan.
Tatalaksana pembedahan dilakukan oleh tim dokter konsultan gangguan gerak yang terdiri dari dokter bedah saraf dan dokter saraf. Tatalaksana pembedahan tersebut berupa:
Tatalaksana pembedahan tersebut berupa:
- Pemasangan Deep Brain Stimulation (DBS). Respon terhadap obat Parkinson golongan levodopa sebelum operasi menjadi prediktor keberhasilan pemasangan DBS pada thalamus.
- Palidotomi/talamotomi dengan radiofrequency thermocoagulation unilateral dapat dipertimbangkan pada pasien dengan Parkinson tahap lanjut yang mengalami fluktuasi yang mengganggu, maupun ketika DBS atau pump bukan merupakan pilihan terapi.


Komplikasi dan Resiko
Beberapa resiko yang mungkin terjadi kepada pasien Parkinson adalah :
1. Gangguan Sistem Saraf Otonom
Parkinson juga dapat memengaruhi sistem saraf otonom—yang mengendalikan fungsi-fungsi tubuh yang tidak disadari seperti tekanan darah, pencernaan, dan kontrol kandung kemih. Gangguan ini dapat menyebabkan sembelit, masalah pengaturan suhu tubuh, dan masalah kandung kemih;
2. Masalah Nutrisi
Kesulitan menelan (disfagia) dan gangguan penyerapan nutrisi dapat terjadi pada tahap lanjut Penyakit Parkinson, yang dapat menyebabkan penurunan berat badan, kekurangan gizi dan masalah kesehatan lainnya;
3. Gejala non motor
Gejala non motor ini termasuk diantaranya gangguan tidur, gangguan otonom, hiposmia, gangguan kognitif atau psikiatri;
4. Episode jatuh yang berulang
Episode jatuh yang berulang (lebih dari 1 kali pertahun) yang disebabkan karena gangguan keseimbangan dalam perjalanan Penyakit Parkinson.

Harapan baru penderita Parkinson
Penelitian yang berkelanjutan berhasil meningkatkan pemahaman tentang penyebab Parkinson dan faktor-faktor yang memengaruhinya. Pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme ini, maka dikembangkan strategi pengobatan yang lebih efektif, salah satunya adalah penanganan teknologi terbaru dengan pemasangan alat Deep Brain Stimulation (DBS). DBS pada otak dilakukan untuk mencegah tingkat keparahan Parkinson. Alat DBS sudah terdapat di Indonesia dan beberapa dokter sudah mampu untuk memasang dan mengoperasikan (setting) parameter untuk DBS ini. Adapun fitur yang ditawarkan di antaranya adalah:

- Remote programming—dengan fitur ini pasien tidak perlu datang ke rumah sakit bertemu dokter, dengan telemedis jarak jauh, dokter dapat melakukan monitor serta setting alat DBS.
- Daya tahan baterai yang lama; sesuai dengan kebutuhan dan tipe DBS bisa sampai 20 tahun untuk daya tahan baterai.
- Variable frequency—dengan frekuensi yang cocok untuk jenis gejala Parkinson seperti kaku saat berjalan (freezing of gait).
- Terdapat pilihan alat DBS dengan tipe rechargable dan non-recharge.
Bagaimana Cara Kerja DBS
Stimulasi Otak Dalam (Deep Brain Stimulation atau DBS) adalah prosedur bedah yang digunakan untuk mengelola gejala Parkinson, gangguan gerakan lainnya, dan beberapa kondisi neurologis lainnya. DBS melibatkan penempatan elektroda kecil ke dalam bagian tertentu dari otak dan penggunaan generator stimulasi untuk mengirimkan impuls listrik yang terukur ke area tersebut tertentu pada otak dan penggunaan generator stimulasi untuk mengirimkan impuls listrik yang terukur.Â
DBS mengurangi gejala Parkinson dengan mengubah aktivitas neuron dalam otak dan memodulasi pola sirkuit saraf yang terlibat dalam pengaturan gerakan. DBS mengirimkan impuls listrik yang terukur ke dalam area otak yang ditargetkan, seperti nukleus subtalamus, nukleus globus pallidus, atau nukleus ventrolateralis thalamus. Stimulasi ini bertujuan untuk menstimulasi bagian otak yang tertanam elektroda untuk mengurangi keluhan Parkinson.


Manfaat DBS
Peningkatan Aktivitas Saraf
Modulasi Sinyal Saraf
Penyesuaian Pola Aktivitas

Kapan diperlukan DBS
Gejala yang Signifikan
Respons Terhadap Obat yang Terbatas
DBS biasanya dipertimbangkan untuk pasien yang tidak lagi merespon atau tidak dapat menoleransi obat-obatan Parkinson, atau yang mengalami efek samping yang tidak dapat ditoleransi dari obat-obatan tersebut.
Pengaruh pada Kualitas Hidup
Kesadaran dan Keterlibatan Pasien
Siapa kandidat pasien dbs
Pemasangan DBS tidak dapat dilakukan untuk seluruh pasien Parkinson, oleh karena itu pemasangan DBS memiliki kriteria tersendiri sebagai prediktor keberhasilan tindakannya. Untuk itu dokter saraf konsultan gangguan gerak biasanya dapat menyaring pasien untuk mendapatkan kandidat pasien terbaik. Kriteria pasien kandidat untuk dilakukannya DBS antara lain yaitu:
Kriteria pasien kandidat untuk dilakukannya DBS antara lain yaitu:
- Pasien sudah menderita Parkinson setidaknya selama 4 tahun;
- Adanya motor fluktuasi, diskinesia dan tremor persisten;
- Adanya efek samping dari pengobatan yang diberikan;
- Adanya respon baik terhadap obat Parkinson—golongan levodopa;
- Tidak ada pemberat penyakit seperti kanker, gangguan jantung/paru yang berat;
- Tidak ada gangguan kognitif atau psikiatri.