Saraf vagus adalah salah satu saraf penting di tubuh manusia yang berfungsi menghubungkan otak dengan banyak organ dalam seperti jantung, paru-paru, dan perut. Karena berjalan jauh dan bercabang ke banyak bagian tubuh, saraf ini sering disebut “saraf pengembara.” Selain membantu mengatur detak jantung, pernapasan, dan pencernaan, saraf vagus juga menjadi fokus dalam pengobatan epilepsi, terutama pada penyintas yang sulit dikendalikan dengan obat saja.
Apa Itu Saraf Vagus?
Saraf vagus, atau yang dikenal juga sebagai saraf kranial ke-10, adalah saraf campuran yang mengandung serat sensorik dan motorik. Saraf ini berasal dari batang otak (medula oblongata) dan bercabang ke berbagai organ penting seperti jantung, paru-paru, saluran pencernaan, hingga ke beberapa bagian tenggorokan. Karena jalurnya yang luas dan cabangnya yang banyak, saraf vagus memiliki peran besar dalam mengatur berbagai fungsi vital tubuh [1].
Fungsi Saraf Vagus
Saraf vagus berperan dalam berbagai fungsi [1], antara lain:
- Mengatur Sistem Saraf Parasimpatis
Saraf vagus merupakan komponen utama sistem saraf parasimpatis yang berfungsi mengendalikan respons tubuh dalam kondisi rileks atau “istirahat dan cerna”. Sistem ini membantu menurunkan detak jantung, meningkatkan aktivitas pencernaan, dan mengurangi tekanan darah. - Mengontrol Fungsi Jantung
Saraf vagus mengirimkan sinyal ke jantung untuk memperlambat detak jantung saat tubuh dalam keadaan tenang, membantu menjaga kestabilan denyut jantung. - Mengatur Sistem Pencernaan
Saraf ini juga berperan dalam mengontrol produksi enzim pencernaan dan gerakan peristaltik usus, yang penting untuk proses pencernaan dan penyerapan nutrisi. - Fungsi Respirasi
Saraf vagus mengatur aktivitas paru-paru, termasuk mengontrol kecepatan dan kedalaman napas. - Komunikasi Antara Otak dan Organ
Saraf vagus membawa informasi sensorik dari organ-organ ke otak, membantu otak dalam menyesuaikan respon tubuh terhadap perubahan lingkungan internal dan eksternal.
Apa Itu Terapi Stimulasi Saraf Vagus (VNS)?
Terapi VNS menggunakan alat kecil yang dipasang di bawah kulit dada. Alat ini mengirimkan getaran listrik ringan ke saraf vagus secara teratur. Getaran ini membantu otak untuk mengurangi bangkitan. Alat ini berfungsi seperti “pengatur listrik” yang membantu otak menjadi lebih seimbang sehingga bangkitan bisa berkurang.
Penelitian menunjukkan banyak penyintas yang mengalami penurunan bangkitan setelah menggunakan VNS, dan manfaat ini bisa bertambah seiring waktu. Selain mengurangi bangkitan, VNS juga membantu memperbaiki suasana hati dan daya ingat bagi beberapa penyintas [2].
Mekanisme Stimulasi Saraf Vagus (VNS)
Mekanisme aksi VNS berkaitan dengan modulasi aktivitas listrik otak melalui koneksi saraf vagus yang berpengaruh pada jaringan saraf pusat, termasuk pengaruh pada neurotransmiter norepinefrin dan serotonin. Stimulasi ini dapat menghambat sinkronisasi neuron yang berperan pada timbulnya serangan epileptik. Efek samping yang umum terjadi biasanya ringan dan sementara, seperti suara serak, batuk, dan sensasi kesemutan di tenggorokan, dan umumnya hilang dalam beberapa minggu setelah penggunaan [2].
Selain menurunkan frekuensi bangkitan, VNS juga terbukti meningkatkan suasana hati dan kualitas hidup penyintas, meskipun efeknya pada fungsi kognitif seperti perhatian dan memori masih belum sepenuhnya pasti. Beberapa studi menemukan peningkatan memori, namun secara keseluruhan efek VNS pada fungsi kognitif belum konsisten. Namun demikian, peningkatan mood dan pengurangan kecemasan serta depresi menjadi poin penting yang membantu meningkatkan kualitas hidup penyintas epilepsi [3].
Kesimpulan
Saraf vagus adalah “penghubung” penting antara otak dan organ tubuh yang mengatur banyak fungsi dasar seperti jantung, pernapasan, dan pencernaan. Terapi stimulasi saraf vagus (VNS) adalah alat yang membantu mengurangi bangkitan pada penyintas epilepsi yang sulit diobati dengan obat. Terapi ini aman dan sudah banyak membantu penyintas di seluruh dunia.
Bagi penyintas epilepsi yang bangkitannya sulit untuk dikendalikan, terapi VNS bisa jadi pilihan tambahan yang sangat membantu. Selalu konsultasikan dengan dokter untuk informasi lebih lanjut dan penanganan yang tepat.
Referensi
[1] Patros, M., Sivathamboo, S., Simpson, H. D., O’Brien, T. J., & Macefield, V. G. (2025). The physiology, anatomy and stimulation of the vagus nerve in epilepsy. The Journal of physiology, 603(8), 2201–2217. https://doi.org/10.1113/JP287164
[2] González, H. F. J., Yengo-Kahn, A., & Englot, D. J. (2019). Vagus Nerve Stimulation for the Treatment of Epilepsy. Neurosurgery clinics of North America, 30(2), 219–230. https://doi.org/10.1016/j.nec.2018.12.005
[3] Kong, Y., Zhao, K., Zeng, D., Lu, F., Li, X., Wu, Y., … & Wen, W. (2024). Effects of vagus nerve stimulation on cognitive function in patients with epilepsy: a systematic review and meta-analysis. Frontiers in Neurology, 15, 1332882.