Inkontinensia Urin
Konten Sedang diperbaharui
Solusi Efektif untuk Mengatasi Kebocoran Urin
Site Map
Mengenal Inkontinensia urin

Gejala inkontinensia urin

Gejalanya bisa bervariasi tergantung pada jenis inkontinensia yang dialami. Berikut adalah beberapa gejala umum yang mungkin Anda alami:
1. Kebocoran urin saat batuk, bersin, atau tertawa
2. Keinginan mendesak dan tiba-tiba untuk buang air kecil yang sulit ditahan
3. Kebocoran urin terus-menerus
4. Merasa basah terus-menerus
5. Sulit menahan urine
Pemicu inkontinensia urin

1. Faktor Usia
2. Perubahan hormon
Perubahan hormon, terutama pada wanita menopause, dapat memengaruhi fungsi kandung kemih.
3, Infeksi saluran kemih
Infeksi pada saluran kemih dapat menyebabkan iritasi pada kandung kemih dan meningkatkan frekuensi buang air kecil.
4. Diabetes
Diabetes dapat merusak saraf yang mengontrol kandung kemih.
5. Stroke
Stroke dapat menyebabkan kerusakan pada bagian otak yang mengontrol kandung kemih.
6. Penyakit neurologis
Penyakit seperti multiple sclerosis atau penyakit Parkinson dapat mengganggu kontrol kandung kemih.
7. Prolaps organ panggul
Kondisi di mana organ panggul turun dari posisinya yang normal dapat menekan uretra dan menyebabkan kebocoran urin.
8. Obstruksi saluran kemih
Batu ginjal atau pembesaran prostat dapat
menghalangi aliran urin dan menyebabkan inkontinensia.
9. Kegemukan
Berat badan berlebih dapat memberi tekanan tambahan pada
kandung kemih.
10. Merokok
Merokok dapat mengiritasi kandung kemih dan menyebabkan inkontinensia.
11. Konsumsi kafein dan alkohol
Kafein dan alkohol dapat meningkatkan produksi urin dan membuat kandung kemih lebih sering berkontraksi.
12. Obat-obatan tertentu
Beberapa obat, seperti diuretik, obat tekanan darah, dan obat penenang, dapat menyebabkan inkontinensia.
Jenis Inkontinensia Urin
1. Inkontinensia stres
Biasanya terjadi saat aktivitas fisik yang meningkatkan tekanan pada perut, seperti batuk, bersin, atau mengangkat benda berat.
2. Biasanya terjadi saat aktivitas fisik yang meningkatkan tekanan pada perut, seperti batuk, bersin, atau mengangkat benda berat.
Disebabkan oleh kontraksi otot kandung kemih yang tidak terkendali, seringkali dipicu oleh suara air mengalir atau keinginan untuk buang air kecil.
3. Inkontinensia overflow
Terjadi ketika kandung kemih tidak dapat mengosongkan diri sepenuhnya, menyebabkan kebocoran terus-menerus.
Bagaimana inkontinensia urin dikendalikan
Pilihan pengobatan akan disesuaikan dengan penyebab dan jenis inkontinensia yang Anda alami.
1. Latihan otot panggul (senam Kegel)
2. Mengatur pola makan
Hindari makanan dan minuman yang bersifat diuretik (meningkatkan produksi urin), seperti kopi, teh, dan minuman beralkohol.
3. Menjaga berat badan ideal
Kelebihan berat badan dapat memberikan tekanan pada kandung kemih.
4. Menjaga jadwal buang air kecil yang teratur
Usahakan buang air kecil secara teratur, bahkan jika Anda tidak merasa ingin.
5. Obat untuk mengendurkan otot kandung kemih
Obat-obatan ini dapat membantu mengurangi kontraksi otot kandung kemih yang tidak terkendali.
6. Perangkat Medis Pessary
Alat ini dimasukkan ke dalam vagina untuk mendukung uretra dan mencegah kebocoran urin.
7. Kateter
Kateter digunakan untuk mengosongkan kandung kemih secara teratur.
8. Operasi sling
Prosedur ini melibatkan pemasangan pita untuk mendukung uretra dan mencegah kebocoran urin.
9. Suntik botox
Suntikan botox dapat membantu melemaskan otot kandung kemih yang terlalu aktif.
10. Stimulasi Saraf Sakral (SNM)
Prosedur ini melibatkan pengiriman impuls listrik ke saraf sakral untuk membantu mengontrol kandung kemih.
Siapa yang dapat terkena inkontinensia urin
Inkontinensia urin atau beser bisa dialami oleh siapa saja, baik pria maupun wanita, dari berbagai usia.
1. Wanita
2. Lansia
Seiring bertambahnya usia, otot-otot panggul dan kandung kemih cenderung melemah, sehingga meningkatkan risiko inkontinensia.
3. Orang penyakit neurologis
Orang dengan diabetes, stroke, penyakit Parkinson, multiple sclerosis, atau penyakit neurologis lainnya lebih rentan mengalami inkontinensia.
4. Operasi pada organ panggul
Operasi pada organ panggul dapat merusak saraf atau otot yang mengontrol kandung kemih.
5. Orang yang kelebihan berat badan
Orang yang kelebihan berat badan: Berat badan berlebih dapat memberikan tekanan tambahan pada kandung kemih dan menyebabkan inkontinensia.
6. Obat-obatan tertentu
Beberapa obat, seperti diuretik, obat tekanan darah, dan obat penenang, dapat menyebabkan inkontinensia.
7. Kehamilan dan persalinan
Tekanan pada kandung kemih selama kehamilan dan persalinan dapat menyebabkan kerusakan otot panggul.
8. Konsumsi kafein dan alkohol
Kafein dan alkohol dapat meningkatkan produksi
urin dan membuat kandung kemih lebih sering berkontraksi.
9. Merokok
Merokok dapat mengiritasi kandung kemih dan menyebabkan inkontinensia.
Organ Tubuh yang Menyebabkan Inkontinensia

1. Kandung kemih
2. Otot panggul
3. Saraf
4. Uretra
5. Organ panggul lainnya:
Cara Diagnosis Inkontinensia Urin

1. Riwayat kesehatan
2. Pola buang air kecil
3. Faktor risiko
4. Pemeriksaan fisik umum
5. Pemeriksaan panggul (untuk wanita)
6. Tes urine
7. Tes darah
8. Tes Pencitraan Ultrasonografi
9. Sistoskopi
10. Urodynamic testing
11. Jurnal Buang Air Kecil
Komplikasi dan Resiko Inkontinensia
Berikut adalah beberapa di antaranya:
1. Infeksi saluran kemih (ISK)
2. Iritasi kulit
3. Ulkus dekubitus
4. Depresi
5. Kecemasan
6. Kurang percaya diri
7. Risiko Kecelakaan
8. Isolasi sosial
Harapan baru penderita inkontinensia urin dengan Sacral Neuromodulation

Untuk pasien yang tidak merespons terhadap pengobatan konvensional seperti obat-obatan atau terapi perilaku. Prosedur yang paling efektif untuk pasien dengan inkontinensia urin yang disebabkan oleh gangguan saraf atau hiperaktivitas kandung kemih adalah dengan pemasangan SNM ( Sacral Neuromodulation ).
Sacral neuromodulasi adalah sebuah prosedur medis yang digunakan untuk mengatasi masalah kontrol kandung kemih yang kronis. melibatkan pemasangan sebuah perangkat Neuromodulasi di bawah kulit yang mengirimkan impuls listrik ringan ke saraf sakral, yang terletak di dekat tulang ekor.
Cara kerja Sacral Neuromodulation
